Di samping Alat-alat pembantu
kehidupan Tubuh istriku, yang tidak sempat melakukan perpisahan secara Normal karena terus dalam keadaan koma.
Aku berbisik agar dia bisa dengan
tenang dan tidak perlu kuatir untuk Meninggalkan Anak satu-satunya yang
sangat di sayanginya, karena aku berjanji akan membesarkannya menjadi
orang yang 3B (Berhasil,Berguna dan Berbahagia)
Setiap pasangan memiliki Definisi
sendiri mengenai kebahagiaan, dan karena itulah mungkin banyak orang
menjadi pasangan.
Definisi kami waktu kami mulai in-Team
ialah bisa tetap memiliki ruang bebas masing2, sehingga kami dapat
berhasil mencapai cita-cita masing2 dan dapat berguna untuk manusia
lainnya disekitar kami, setelah itu semua terwujud maka akan
tercapailah kebahagiaan kami.
Mulut istriku yang di penuhi dengan
Selang Respirasi...tampak berusaha bergerak untuk tersenyum, senyum
terakhir kalinya sebelum dia pergi meninggalkan kami untuk selama nya.
Mulailah aku hidup sebagai Single
Parent, tanpa persiapan sama sekali, sebenarnya akulah yang, seharusnya
pergi terlebih dahulu, karena Almarhumah lebih muda 15 tahun
dari padaku.
Karena itu akupun tidak terlalu sakit Hati dan aku langsung memaafkannya kalau GUN sedang Depresi dan berkata Gusar "Kenapa Bukan Papa saja yang meninggal?"
Susahnya adalah bahwa sampai saat itu
anakku 95% di urus oleh Mamoushka, disamping itu GUN belum bisa menerima kenyataan yang pahit itu, kematian
Ibunya yang merupakan Klimaks dari kesedihannya.
Dua Tahun sebelumnya Nenek (Ibu dari
Almarhumah) yang mengasuh dan menjaganya dari Bayi kalau Mamushka dan
Aku pergi Kekantor, Meninggal Dunia.
Seminggu sebelum
Mamoushka wafat Kucing kesayangannya yang menemani Dia dari kecil „Herr Müller“ meninggal, dan akhirnya Ibunya...meninggalkan dia juga.
Bisa kurasakan bagaimana hancurnya hati
si Manusia kecil ini, karena aku juga seusia dia waktu Ayahku wafat
setelah dirawat empat Bulan di ICCU
RSUPN. Cipto Mangunkusumo.
Tetapi aku beruntung masih memiliki Lingkungan yang berazaskan kekeluargaan, dimana keperduliaan dan kehangatan lingkungan masih terasa,
Tidak seperti struktur sosial di München yang Lebih mengutamakan Individualisme!, sangatlah mempersulit keadaan Kami berdua.
Apalagi semasa Mamushka hidupnya lebih
senang menyendiri, jadi Anakku walaupun belum Mandiri tetapi lebih
senang menyendiri.
Sedangkan aku yg. Semasa kecilku selalu
mendengar Semboyan dari Bung Karno; seperti Berdikari dan Vivere
pericoloso ini memang menjadikan aku seorang yg. Mampu hidup
sendiri tanpa merasa Kesepian,
Aku yang terdidik untuk menjadi Manusia
yang bebas dan Mandiri,mampu mengerjakan semuanya sendiri, tetapi
semasa kecilku terpaksa bersosialisasi dan berkomunikasi.
Aku tidaklah terlalu merasa terpukul ketika
ditinggalkan Ayahku dan „Sahabatku“ di umur 13 Tahun, karena aku
masih memiliki 6 saudara lainnya, selain itu ibuku yang Memberikan contoh
kepada kami semua sebagai Wanita yang lembut tetapi tegar dan cerdik
menghada pi segala masalah dengan 7 anak tanpa suami dan Tunjangan
Sosial untuk membesarkan kami semua.
Sedangkan anakku, yang kurang terbiasa
untuk Berkomunikasi dan membicarakan masalah nya secara terbuka dan
jujur selain terhadap ibunya sangatlah banyak mengalami kesulitan.
Kesulitan yg. Besar terhadap
sekelilingnya di sekolah, terutama anak2 pendatang2 baru dari negara
Timur yang taraf pendidikan dan pengetahuannya terbatas, terutama
tidak menyukai kalau seorang anak campuran Asia lebih hebat dari
mereka ….yang merasa bangsa Eropa ...dan sudah tentu merasa lebih
Jerman dari orang Jerman sendiri (ha...ha..ha).
Terkadang terbentas dialam pikirku,
mungkin kebanyakan Neo Nazi itu malah dari keturunan Mereka dan bukan
orang Jerman aslinya, karena harapan mereka datang ke Jerman untuk
mendapatkan Posisi yang baik ...sangat di kecewakan karena Posisi itu
sudah di penuhi banyak oleh Orang Asing dan Asia, yang memang
berpendidikan dan berprestasi lebih tinggi dari mereka.
Hal ini sangat terasa dari anak-anak mereka, yang senang me MOBBING
/ BULLYING anakku, terlebih setelah aku sering mengantarkan
anakku kesekolah sepeninggalan ibunya.
Karena itu di bulan-bulan pertama
setelah Mamoushka meninggalkan kami, terasa dunia ini gelap, karena
aku harus menyibukan diri 24X7, setiap menitnya untuk menyelamatkan
anakku yang mulai memasuki masa Puberitasnya.
Aku berharap hal ini tidak akan di
alami orang lain. Dimana aku harus menjadi Kacung, yang mengongkosi
Majikannya dan bertanggung jawab atas segala kesalahan Majikan
kecilnya itu.
Aku sangat bersyukur adanya Frau
Boehmer (klassenlehrerin / Wali Kelas) dan Frau
Herkelmann (schulpsychologie / penasehat psikologi sekolah),
yang secara intensif membantu dan berkonsultasi denganku dan GUN.
Wah aku sudah ngantuk...aku teruskan
besok....bis Morgen ...Servus
- Jakarta Car Free Day 17,04.2016
- Tausiah Pak Ustad ...prilaku seorang Muslim di jalanan