MEMPRIHATINKAN: (copas dari Yuli Kristiyani di Whatsapps)
Sekitar 4 Tahun saya tidak ke Kota Bunga (Puncak, Bogor): jadi minggu lalu saya ke Kota Bunga hari Jumat. Ternyata Kantor Kota Bunga sekarang hanya buka Senin s/d Rabu. Karena sudah telanjur di Kota Bunga, saya riset lah kepo melihat-lihat.
Di Pintu I ada bangunan besar dengan Plang besar MARKAS ALJAZEERA. Saya pikir Kantor Berita Al Jazeera, ternyata bukan. Itu Restoran dan Hotel yang konon kata Penjaga rumah saya, ada satu ruangan yang hanya bisa dimasuki oleh kaum Pria saja. "Apa ada tari perut yang melempar-lempar uang di atas perut pak ???" tanya saya. Jawab si Penjaga: "Mungkin bu". (Dia orang lokal, jadi dia juga mungkin ikut merahasiakan); Hmmmmmmmmm.
Jalan antara pintu 1 dan 2 Kota Bunga banyak sekali Restoran, Kafe, dan tempat usaha dengan plang bahasa ARAB, jadi kita tidak mengerti itu resto apa, karena tidak ada bahasa Indonesianya atau Inggris. (Bukankah ini harus ditertibkan ???)
Saya kelilingi Kota Bunga; beberapa perempuan Arab berjalan pakai Cadar bersama anak-anaknya. Nyaman banget mereka terlihat, seperti di negara mereka. Terlihat ada Lelaki-lelaki Arab bergerombol di beberapa rumah sambil menghisap SHISHA, tertawa-tawa (ngakak).
Saya putuskan datangi salah satu rumah dengan supir dan penjaga rumah, dan mereka semua berdiri menyambut saya dengan tegang awalnya. Saya memperkenalkan diri saya dan mengajak mereka ngobrol di teras villa yang mereka sewa. They spoke broken english. Salah satu cukup terpelajar dan berbahasa Inggris dengan cukup baik bahkan punya kartu nama. Laki-laki tu semua "married man" dari negeri Saudi dan lagi "HOLIDAY" saja di Indonesia tanpa keluarga, Dan mereka juga saling mengenal satu sama lain di Kota Bunga. (Mungkin tadi mereka sedang cekikikan saling sharing tentang perempuan lokal).
Sudah 1 minggu mereka disana dan mereka dijemput oleh satu agent langsung dari Bandara ke Kota Bunga. Jadi praktis mereka tidak pernah kemana-mana selain kawasan Puncak. Amazing !!! Enggak kepengen sama sekali ke Bali atau Raja Ampat.
Si Intelek bercerita, banyak Agent yang memang HANYA menawarkan wisata dari Arab langsung ke Kota Bunga termasuk menyediakan "PROSTITUSI". Jadi Wisata "Direct to Kota Bunga" ini masuk dalam kelompok middle upper class lah. Sekarang Wilayah Ciawi mereka anggap lower-class (secara khusus saya bertanya mengapa tidak ke Ciawi). Sesekali konsentrasi saya terpecah karena beberapa Arabmen naik motor besar GERUNG-GERUNG-GERUNG SUARANYA seperti GENG MOTOR dan mendengar mereka berteriak-teriak dengan excited. Lalu terdengar bunyi ledakan... saya bertanya "bunyi apa itu???" ternyata bunyi PETASAN di siang bolong TANPA event apapun!!! Saya yakin di negara mereka-pun TIDAK sebebas itu main petasan.
Saya tidak tahu siapa Pemilik kawasan Kota Bunga sekarang, yang meminta iuran PPL sebesar hampir Rp. 500.000 rupiah per bulan, tapi MEMBIARKAN konsep Kota Bunga yang lama menjadi seperti konsep kawasan PROSTITUSI Arab. Kata Penjaga Villa saya, sudah sering Orang Indonesia yang menginap disana terkejut-kejut dan ribut dengan Arab karena mereka main petasan tidak dilarang.
Menurut saya masalah kebebasan kultur dan SEX ARAB di Puncak ini sudah sangat luar biasa, kebablasan dan tanpa kontrol dari pemerintah. Pihak Pemerintah harus memerintahkan Pemda dan pihak-pihak terkait untuk memeriksa seluruh kawasan puncak itu. Saya yakin selain Prostitusi banyak pelanggaran lain seperti masalah perijinan tempat usaha, ijin tinggal dan sebagainya.
KOTA BUNGA-ku jadi KOTA ARAB 😱, sungguh menyedihkan ..😭
Sekitar 4 Tahun saya tidak ke Kota Bunga (Puncak, Bogor): jadi minggu lalu saya ke Kota Bunga hari Jumat. Ternyata Kantor Kota Bunga sekarang hanya buka Senin s/d Rabu. Karena sudah telanjur di Kota Bunga, saya riset lah kepo melihat-lihat.
Di Pintu I ada bangunan besar dengan Plang besar MARKAS ALJAZEERA. Saya pikir Kantor Berita Al Jazeera, ternyata bukan. Itu Restoran dan Hotel yang konon kata Penjaga rumah saya, ada satu ruangan yang hanya bisa dimasuki oleh kaum Pria saja. "Apa ada tari perut yang melempar-lempar uang di atas perut pak ???" tanya saya. Jawab si Penjaga: "Mungkin bu". (Dia orang lokal, jadi dia juga mungkin ikut merahasiakan); Hmmmmmmmmm.
Jalan antara pintu 1 dan 2 Kota Bunga banyak sekali Restoran, Kafe, dan tempat usaha dengan plang bahasa ARAB, jadi kita tidak mengerti itu resto apa, karena tidak ada bahasa Indonesianya atau Inggris. (Bukankah ini harus ditertibkan ???)
Saya kelilingi Kota Bunga; beberapa perempuan Arab berjalan pakai Cadar bersama anak-anaknya. Nyaman banget mereka terlihat, seperti di negara mereka. Terlihat ada Lelaki-lelaki Arab bergerombol di beberapa rumah sambil menghisap SHISHA, tertawa-tawa (ngakak).
Saya putuskan datangi salah satu rumah dengan supir dan penjaga rumah, dan mereka semua berdiri menyambut saya dengan tegang awalnya. Saya memperkenalkan diri saya dan mengajak mereka ngobrol di teras villa yang mereka sewa. They spoke broken english. Salah satu cukup terpelajar dan berbahasa Inggris dengan cukup baik bahkan punya kartu nama. Laki-laki tu semua "married man" dari negeri Saudi dan lagi "HOLIDAY" saja di Indonesia tanpa keluarga, Dan mereka juga saling mengenal satu sama lain di Kota Bunga. (Mungkin tadi mereka sedang cekikikan saling sharing tentang perempuan lokal).
Sudah 1 minggu mereka disana dan mereka dijemput oleh satu agent langsung dari Bandara ke Kota Bunga. Jadi praktis mereka tidak pernah kemana-mana selain kawasan Puncak. Amazing !!! Enggak kepengen sama sekali ke Bali atau Raja Ampat.
Si Intelek bercerita, banyak Agent yang memang HANYA menawarkan wisata dari Arab langsung ke Kota Bunga termasuk menyediakan "PROSTITUSI". Jadi Wisata "Direct to Kota Bunga" ini masuk dalam kelompok middle upper class lah. Sekarang Wilayah Ciawi mereka anggap lower-class (secara khusus saya bertanya mengapa tidak ke Ciawi). Sesekali konsentrasi saya terpecah karena beberapa Arabmen naik motor besar GERUNG-GERUNG-GERUNG SUARANYA seperti GENG MOTOR dan mendengar mereka berteriak-teriak dengan excited. Lalu terdengar bunyi ledakan... saya bertanya "bunyi apa itu???" ternyata bunyi PETASAN di siang bolong TANPA event apapun!!! Saya yakin di negara mereka-pun TIDAK sebebas itu main petasan.
Saya tidak tahu siapa Pemilik kawasan Kota Bunga sekarang, yang meminta iuran PPL sebesar hampir Rp. 500.000 rupiah per bulan, tapi MEMBIARKAN konsep Kota Bunga yang lama menjadi seperti konsep kawasan PROSTITUSI Arab. Kata Penjaga Villa saya, sudah sering Orang Indonesia yang menginap disana terkejut-kejut dan ribut dengan Arab karena mereka main petasan tidak dilarang.
Menurut saya masalah kebebasan kultur dan SEX ARAB di Puncak ini sudah sangat luar biasa, kebablasan dan tanpa kontrol dari pemerintah. Pihak Pemerintah harus memerintahkan Pemda dan pihak-pihak terkait untuk memeriksa seluruh kawasan puncak itu. Saya yakin selain Prostitusi banyak pelanggaran lain seperti masalah perijinan tempat usaha, ijin tinggal dan sebagainya.
KOTA BUNGA-ku jadi KOTA ARAB 😱, sungguh menyedihkan ..😭
loading...
powered by Surfing Waves
Post a Comment
0Comments