Konon kabarnya sudah ada pemikiran untuk membikin Polisi2 Tidur di Jalan Jendral Sudirman, yang berjarak satu sama lain sekitar 5m.
Guna dari Polisi Tidur di jalan Jendral Sudirman ini adalah untuk:
- Membuat jalan Jendral Sudirman lebih macet lagi dan para Pengemis
dan penjaja di jalanan lebih memiliki waktu lebih banyak melakukan hajat dan ibadahnya. - Agar biaya Transportasi bisa lebih membengkak, disebabkan banyaknya bahan bakar yang di pakai dan kerusakan onderdil mobil yang disebabkan oleh goncangan2 Polisi Tidur.
- Untuk menghambat pertumbuhan perekonomian Indonesia yang terlalu kencang, dan banyak menimbulkan korban jiwa.
- Untuk menghormati Tamu Asing di Hotel International agar bisa berjalan dan beristirahat denganTenang dan para pegawai di Perkantoran didaerah Jendral Sudirman lebih konsentrasi dan produktif.
STOP...STOP....STOP.......BERHENTI BERMIMPI BURUK,,,!!!
Polisi Tidur di Indonesia memang sudah banyak di bahas dan juga mempersulit Perjalanan saya, oleh Polisi tidur dan Lobang2 jalanan yg.berbahaya.
Dari Situs2 yg, saya baca tentang itu Panjimas, Trainer Laris, Pak Ichan, Lensa Terkini.. ada beberapa pemikiran yang ingin saya utarakan lebih jelas misalnya:
Polisi Tidur dilihat dari sisi:
- Agresivitas
- HAM
- Keagamaan
- Dan beberapa pandangan lainnya.
Nah Saya ingin mengajak Anda membuka pembicaraan tentang itu semua dan mencari pemecahannya,tetapi sama sekali bukan utk. Memprovokasi atau merendahkan sesuatu golongan.
Kalau di lihat dari segi Agresivitas: dimana adanya polisi tidur yang sering kali malah menimbulkan kecelakaan.
Itu menunjukan adanya legalisasi bagi masyarakat Jakarta untuk mencelakakanorang lain dan secara agresif menunjukan kekuasaannya.
Itu menunjukan adanya legalisasi bagi masyarakat Jakarta untuk mencelakakanorang lain dan secara agresif menunjukan kekuasaannya.
Masyarakat yang baru setengah Modern, tetapi sudah lupa dengan tradisinya sendiri yang mengutamakan #tegang rasa# dan #Tepo Seliro#.
Saya Sering menghitung berapa jarak antara satu Polisi tidur dengan Polisi tidur berikutnya, terutama di daerah perkampungan itu berkisar antara 5 – 15 meter.
Polisi tidur itu dibuat agar Kendaraan yg. Melewati jalanan tersebut yg, sangat agresif dan kencang dengan knalpotnya yang bising tanpa menghormati penghuni disitu, untuk dipaksa berjalan pelan dan menghindarkan
bahaya kecelakaan.
bahaya kecelakaan.
Seperti dalam pepatah Jerman Wer nicht hören will, muss fühlen (barang siapa yang tidak bisa mendengar, harus merasakan).
Maksudnya seseorang yang tidak mau atau sanggup mendengar, baik itu kata hatinya sendiri ataupun himbauan masyarakat sekitarnya.
Diantara para Pengendara yang melintasi jalan itu dengan cepat, mungkin ada beberapa aktivis dari HAM (Hak Azasi Manusia) yang pada hakikatnya mengutamakan kebebasan hidup seorang manusia yang saling menghormati,dan selama hak kebebasan itu tidak merugikan manusia lainnya.
Apabila orang2 itu berjalan dengan cepat dikawasan tersebut tanpa mengacuhkan ketetraman dan keselamatan penduduk disekitar jalan yang mereka lintasi dengan alasan ingin tepat waktu menghadiri rapat atau Demo organisasi #HAM# mereka, berarti mereka tidak berlaku sesuai dengan idealis mereka dan pandangan hidup mereka!.
Apakah orang2 seperti diatas itu yang disebut sebagai orang #Munafik#
penilaian ini kita serahkan saja kepada para ahli Agama.
Kalau kita mulai membahas masalah ini dari sudut Agama, maka
yang saya cari adalah sumber di Internet seperti Komposisi Agama di Indonesia atau himbauan dari satu Agama mengenai prilaku penganutnya di jalanan.
Dari Panji Mas : Membuat-
polisi-tidur-sembarangan-
bukan-ciri-orang-beriman/
polisi-tidur-sembarangan-
bukan-ciri-orang-beriman/
Jadi setelah saya dapatkan informasi bahwa Penganut agama Islam sebanyak 207,2 Juta, maka dapat di simpulkan lebih dari separuh jumlah Penduduk di Jakarta adalah orang2 yang mengenal Menyingkirkan gangguan dari jalanan dalam alquran.
Bagi penganut agama lain pasti juga ada himbauan seperti itu, tetapi sayangnya saya belum menemukan di Google, kalau kalimat Menyingkirkan gangguan dari jalanan dalam alquran saya ganti dengan (dalam Injil, dalam Bibel,dalam Alkitab, dalam Agama),
Tetapi pada intinya kalau kita melihat keadaan Jalanan di Jakarta dan tingkah prilaku para Pengemudi, dapat kita simpulkan bahwa mereka bukan orang yg. secara hakikatnya patuh agama dan hanya secara Fisiknya saja memakai Seragam Soleh dan sudi memberi sedekah dengan memberi jalan untuk orang lain dan sabar untuk sampai ketempat tujuan.
Semua sok Sibuk, sok mau cepat sampai tujuan untuk kebanggaan semu ….
Eh Gua Dari kebayoran sampai kuningan cuman 30 menit Lho....Salib kanan kiri...serobot kanan kiri....diperumahan atau jalan sempit yg, nggak ada polisi tidur gua jalan 40 km/jam membahayakan orang lain
Jadi teringat dulu kalau saya berlibur ke Jakarta, semua kakak beradikku dan ponakanku yang pernah hidup di Luar wilayah indonesia, selalu menyambutku dengan #Welcome to the Jungle#....sekarang aku memahami betul apa arti dan makna dari kalimat itu.
Tidak lupa saya ingin menunjukan Kekaguman saya kepada Bupati dr. Faida dan Wakil Bupati Jember Drs. KH. Ad. Muqit Arief
Post a Comment
0Comments